suarasanggau BEIJING – Penindakan keras yang dimaksud diadakan China terhadap kelompok agama minoritas bukanlah hal baru juga terus meningkat setiap tahunnya.
Mulai dari pelarangan kemudian modifikasi Al-Qur’an hingga penindasan terhadap umat Buddha pada Tibet, China dipandang terobsesi untuk menekan kelompok agama tertentu juga etnis minoritas.
Kali ini, tekanan yang dimaksud dirasakan oleh pergerakan keagamaan Falun Gong atau dikenal juga dengan Falun Dafa.
Berdasarkan keterangan pada website Minghui lalu disitir The HK Post pada Kamis (8/2/2024), setidaknya 209 praktisi Falun Gong telah dilakukan dibunuh oleh Partai Komunis China (CCP) hingga tahun 2023.
Di antara mereka, 114 kematian dilaporkan sepanjang tahun 2023, sementara 88 perkara antara 2002 kemudian 2022. Pada tahun 2022, setidaknya 49 praktisi Falun Dafa kehilangan nyawa merekan di area China, murni semata-mata lantaran keyakinan mereka. Di antara mereka yang terbunuh, ada yang berusia 25 hingga 30 tahun.
Pernah didukung secara luas oleh CCP sepanjang tahun 1990-an, Falun Gong atau Falun Dafa memiliki jutaan pengikut pada seluruh China.
Meningkatnya status serta pengaruh pendiri Falun Dafa Li Hongzhi di area sedang rakyat dipandang sebagai ancaman oleh pemimpin China ketika itu, Jiang Zemin, yang dimaksud melancarkan kampanye kekerasan terhadap para anggota pergerakan keagamaan tersebut. Sejak itu, ribuan praktisi Falun Gong sudah dibunuh atau dijebloskan ke penjara.
Laporan lain yang digunakan diterbitkan Minghui per tanggal 17 Januari menyebutkan bahwa sekitar 6.514 praktisi Falun Dafa telah terjadi ditangkap atau diganggu. Dari 3.629 persoalan hukum penangkapan yang dimaksud baru dilaporkan antara 2021 hingga 2023, 3.457 orang (95 persen) ditangkap sepanjang 2023 saja.
Pola yang tersebut sebanding juga terlihat pada total kematian yang tersebut dilaporkan di tempat tahun 2023. Sebagian besar insiden gangguan serta penangkapan terjadi pada Shandong (1.061), Jilin (914), Hebei (673), Sichuan (576) kemudian Heilongjiang (546).