Banyak perusahaan teknologi besar di Amerika Serikat yang terombang-ambing akibat kehadiran DeepSeek dari China, namun Apple tetap berdiri kokoh tanpa terpengaruh. Kehadiran pesaing baru ini membuat beberapa raksasa teknologi kehilangan keseimbangan, namun Apple tidak ikut terseret arus perubahan tersebut.
Salah satu perusahaan yang merasakan dampak signifikan dari kemunculan DeepSeek adalah Nvidia, yang terkenal dengan produksi chip canggih untuk keperluan Artificial Intelligence (AI) yang digunakan oleh OpenAI untuk ChatGPT, Meta, Google, dan X. Pada Senin lalu, nilai saham Nvidia terjun bebas hingga USD 589 miliar dalam sehari karena kehadiran DeepSeek.
Namun, pada hari Selasa, saham Nvidia kembali melambung 8,8 persen, mengembalikan sekitar USD 260 miliar dari kapitalisasi pasarnya. Sementara itu, Apple justru tetap tenang, seakan tidak terpengaruh oleh gejolak pasar yang ditimbulkan oleh kompetitornya.
Dengan valuasi perusahaan sebesar USD 3,6 triliun, saham Apple tetap stabil, bahkan mencatatkan kenaikan 4% di awal minggu ini. Perusahaan ini dipandang berbeda oleh para analis pasar karena strategi mereka dalam menghadapi perkembangan AI. Menurut analis dari Morgan Stanley yang diwawancarai Forbes, Apple mengambil pendekatan yang lebih hati-hati dibandingkan dengan pesaing lainnya seperti Amazon, Meta, Microsoft, Nvidia, Tesla, dan Alphabet.
Alih-alih menggelontorkan miliaran dolar untuk membangun pusat data AI seperti yang dilakukan para pesaingnya, Apple memilih untuk fokus pada pengembangan AI internal mereka yang disebut Apple Intelligence. Pendekatan ini menunjukkan bahwa Apple memposisikan diri dengan sangat bijaksana di tengah persaingan ketat dalam pengembangan AI. Mereka mengembangkan model bahasa besar (LLM) tanpa harus menghabiskan dana yang besar.
“DeepSeek membuat pendekatan AI oleh Apple yang tampak ketinggalan, justru menjadi seperti sebuah langkah yang penuh perhitungan,” ungkap Joanna Stern dari Wall Street Journal.
Meskipun sempat diremehkan karena dianggap tertinggal dalam hal peluncuran AI, Apple mampu menunjukkan bahwa strategi mereka terbukti efektif. Ketika perusahaan-perusahaan seperti Meta, Microsoft, dan Google sudah meluncurkan AI mereka lebih dulu, Apple memilih untuk meluncurkan Apple Intelligence pada perangkat iPhone, iPad, dan Mac dengan pendekatan yang lebih terukur.
Sebelumnya, DeepSeek, perusahaan asal Hangzhou, China, sempat mengejutkan dunia dengan AI DeepSeek-R1 yang diklaim memiliki kemampuan setara dengan AI buatan Amerika Serikat, namun dengan biaya jauh lebih murah, yakni hanya USD 5,576 juta. Sebagai perbandingan, Meta menghabiskan biaya sekitar USD 120 juta untuk mengembangkan Llama 3.1.
Kehadiran DeepSeek diperkirakan akan mempercepat perkembangan AI dengan pengurangan biaya dan efisiensi yang lebih besar. Namun, Apple yang telah lama mengembangkan Apple Silicon, dengan memori terpadu yang menghubungkan CPU, GPU, dan NPU (neural processor unit) ke dalam satu kesatuan memori bersama, dinilai sudah siap untuk menghadapi persaingan tersebut. Dengan teknologi ini, Apple telah memiliki perangkat keras kelas atas yang siap menangani inferensi AI.
Sebagai perbandingan, chip gaming Nvidia maksimal memiliki VRAM 32 GB, sementara chip Apple dapat mengakses RAM hingga 192 GB, seperti yang diungkapkan oleh Ben Thompson dari Stratechery.