Menelusuri Kerajaan Bisnis Sukanto Tanoto di Tengah Proyek IKN

Sahrul

Di antara deretan investor yang menanamkan modalnya di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, nama taipan Sukanto Tanoto turut mencuat. Meskipun tidak bergabung dalam Konsorsium Nusantara, kelompok usaha miliknya—bersama Grup Wings dan Grup Djarum—telah bersiap mengalirkan investasi pada tahun ini.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) saat itu, Bahlil Lahadalia, bahkan sempat menegaskan pada tahun sebelumnya bahwa Sukanto Tanoto dipastikan akan ikut serta dalam pengembangan IKN. Meskipun tidak tergabung dalam konsorsium yang telah dibentuk, para pengusaha dalam negeri tersebut tetap aktif dalam diskusi terkait proyek pembangunan ibu kota baru. Bahlil pun kembali menekankan bahwa sejak awal, kelompok bisnis ini tidak termasuk dalam daftar Konsorsium Nusantara, yang dihuni oleh sepuluh perusahaan.

Sebagai informasi, Konsorsium Nusantara merupakan gabungan investor yang dipimpin oleh Agung Sedayu Group. Kongsi bisnis yang dikendalikan oleh Sugianto Kusuma alias Aguan ini beraliansi dengan berbagai raksasa industri seperti Salim Group, Sinarmas, Pulauintan, Adaro Group, Barito Pacific, Mulia Group, Astra Group, Kawan Lama Group, dan Alfamart Group.

Sukanto Tanoto: Taipan di Balik Raksasa Industri

Siapakah sebenarnya Sukanto Tanoto? Ia adalah sosok pengusaha besar yang memimpin Royal Golden Eagle International (RGEI), konglomerasi yang sebelumnya dikenal sebagai Raja Garuda Mas dan berbasis di Singapura.

Dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes, Sukanto menduduki peringkat ke-13 dengan kekayaan yang mencapai US$3,3 miliar atau setara dengan Rp53,97 triliun. Kekayaannya tersebar hingga ke berbagai negara, termasuk China.

Di awal tahun ini, unit bisnis properti miliknya, Pacific Eagle Real Estate, melakukan akuisisi terhadap sebuah hotel mewah di Shanghai, China, yang sebelumnya dimiliki oleh pengembang Dalian Wanda Group. Berdasarkan laporan dari Forbes, situs real estat Mingtiandi menyebutkan bahwa Pacific Eagle membayar hingga 1,7 miliar yuan atau sekitar Rp3,7 triliun untuk mengakuisisi Wanda Reign on the Bund, hotel eksklusif dengan 193 kamar yang terletak di kawasan bersejarah Bund di Shanghai.

Namun, properti bukanlah lini usaha utama yang membesarkan namanya. Sebagian besar kekayaan Sukanto berasal dari sektor industri pulp dan kertas melalui Asia Pacific Resources International Holding Ltd (APRIL) serta bisnis perkebunan kelapa sawit yang dijalankan oleh Asian Agri dan Apical. Dalam dunia kelapa sawit, Sukanto Tanoto—yang juga dikenal dengan nama Tan Kang Ho—merupakan pemain lama dan memiliki sejarah panjang dalam industri ini.

Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam bukunya Liem Sioe Long dan Salim Group: Pilar Bisnis Soeharto (2016:306) menuliskan, “Pada tahun 1970-an mendahului banyak pihak, Sukanto mulai membudidayakan kelapa sawit melalui perusahaannya Inti Indo Sawit Sejati.” Bahkan, sosok Anthoni Salim pernah menyebut bahwa Sukanto merupakan mentor yang memperkenalkannya ke industri sawit. “Bersama-sama mereka sebuah pabrik penyulingan minyak goreng di Medan dari Lam Soon (Singapura),” tulis Richard Borsuk dan Nancy Chng.

Dari Medan ke Kancah Global

Sukanto Tanoto berasal dari Medan, Sumatera Utara, dan lahir di Belawan pada 25 Desember 1949. Leo Suryadinata dalam buku Prominent Indonesian Chinese Biographical Sketches (2015:305) mencatat bahwa ia mengenyam pendidikan di sekolah Tionghoa di Belawan sebelum melanjutkan ke SMA di Medan.

“Pada tahun 1966 ayahnya, yang menjalankan sebuah toko mobil, sakit dan Sukanto harus mengambil alih bisnis keluarga. Namun, ia tidak membatasi bisnisnya hanya pada mobil,” tulis Leo Suryadinata. Sejak remaja, ia dikenal sebagai sosok yang penuh inisiatif dan tidak ragu untuk merambah sektor bisnis lain.

Tak lama setelahnya, Sukanto mulai memasuki industri kayu lapis dengan mendirikan CV Karya Pelita pada tahun 1972 di Medan. Setahun kemudian, ia mengganti nama perusahaannya menjadi PT Raja Garuda Mas. Seiring ekspansi bisnisnya, perusahaan ini kemudian bertransformasi menjadi PT Raja Garuda Mas International sebelum akhirnya berevolusi menjadi Royal Golden Eagle International (RGEI), yang kini memiliki cakupan bisnis mendunia.

Ekspansi bisnisnya bahkan mencapai Malaysia. Pada tahun 1976, ia mendirikan PT Bina Sarana Papan, sebuah perusahaan konstruksi yang merambah hingga ke Negeri Jiran. Saat ini, aset RGEI telah mencapai US$15 miliar dengan lini usaha yang mencakup berbagai sektor strategis, termasuk industri pulp dan kertas, agribisnis, pulp kayu terlarut, serta pengembangan energi.

Dengan jejak bisnis yang luas dan kemampuan manuvernya dalam dunia usaha, tidak mengherankan jika Sukanto Tanoto turut melirik peluang investasi di IKN. Meski bukan bagian dari Konsorsium Nusantara, keterlibatan kelompok usahanya tetap menjadi sorotan dalam pengembangan ibu kota masa depan Indonesia.

Also Read

Tags

Leave a Comment