Seiring meningkatnya eksploitasi sumber daya alam, penerapan ekonomi sirkular semakin krusial untuk memastikan keberlanjutan lingkungan. Konsep ini berfokus pada efisiensi sumber daya dengan memperpanjang siklus hidup produk dan mengurangi limbah yang dihasilkan.
Menurut Direktur Lingkungan Hidup Bappenas, Medrilzam, manusia saat ini hidup dalam era di mana penggunaan sumber daya alam telah melebihi batas wajar atau dikenal sebagai “the overshoot era”. Oleh karena itu, ekonomi sirkular menjadi solusi untuk mengoptimalkan pemanfaatan material tanpa terus menguras sumber daya alam.
“Gampangnya, suatu produk harus didesain memiliki daya guna selama mungkin, dan mengembalikan sisa proses produksi dan konsumsi ke dalam rantai nilai. Konsep ini lebih dari sekadar pengelolaan sampah, tapi menekankan pada efisiensi sumber daya, dan kita harus melihat keseluruhan rantai nilai,” terang Medrilzam dalam keterangannya, Selasa (18/3/2025).
AQUA sebagai Pelopor Ekonomi Sirkular
Sayangnya, masih banyak perusahaan yang belum menerapkan konsep ini dalam operasional mereka. Namun, berbeda dengan AQUA, merek air minum dalam kemasan (AMDK) yang telah menerapkan prinsip ekonomi sirkular secara berkelanjutan dari hulu ke hilir.
Karyanto Wibowo, Sustainable Development Director AQUA, menjelaskan bahwa perusahaannya terus berinovasi dalam pengelolaan limbah plastik untuk mendukung program pemerintah dalam mengurangi pencemaran lingkungan. Fokus utama AQUA mencakup tiga aspek, yakni pengembangan infrastruktur pengumpulan sampah plastik, edukasi konsumen, serta inovasi dalam desain kemasan, termasuk galon guna ulang.
“Saat ini, 70% bisnis AQUA merupakan produksi air minum dengan kemasan galon guna ulang yang praktiknya telah sepenuhnya sirkular,” jelas Karyanto.
Langkah konkret AQUA lainnya adalah menghapus tutup plastik bening pelapis tutup botol lebih dari satu dekade lalu. Keputusan ini dilakukan karena komponen tersebut sulit didaur ulang dan berkontribusi pada peningkatan timbulan sampah.
Tantangan dalam Implementasi Ekonomi Sirkular
Menurut Peneliti Ekonomi Lingkungan LPEM FEB UI, Bisuk Abraham Sisungkunon, salah satu kendala utama dalam penerapan ekonomi sirkular adalah keberagaman jenis plastik yang digunakan oleh industri. Hal ini menyebabkan proses pemilahan dan daur ulang menjadi lebih kompleks serta membutuhkan biaya tambahan.
“Mungkin kita sama-sama paham bahwa sampah plastik dapat didaur ulang, namun butuh waktu dan biaya tambahan dalam proses pengumpulan dan penyortiran. Ini karena industri menggunakan plastik yang berbeda saat membuat kemasan sehingga pengepul perlu memisahkan kemasan sekali pakai, label, dan juga tutupnya,” terang Bisuk.
Peran Teknologi dalam Ekonomi Sirkular
Untuk mempercepat transisi menuju ekonomi sirkular, inovasi teknologi menjadi faktor penting. AQUA telah memperkenalkan program Inclusive Recycling Indonesia (IRI) melalui gerakan #BijakBerplastik. Program ini merupakan kolaborasi antara Danone Ecosystem, Danone-AQUA, Veolia Services Indonesia, dan Yayasan Pembangunan Citra Insan Indonesia (YPCII) untuk menciptakan siklus hidup kedua bagi botol plastik bekas jenis PET.
Veolia Services Indonesia berperan dalam mengolah botol bekas menjadi biji plastik yang kemudian digunakan kembali untuk produksi botol baru. Hingga tahun 2022, kontribusi mitra pengumpulan ini telah mencapai 31,19% dari total 6,3 ton botol PET yang dikumpulkan di seluruh Indonesia.
Fasilitas ini merupakan pabrik daur ulang botol plastik PET terbesar dan paling modern di Indonesia, berdiri di atas lahan seluas 22.000 m² dengan kapasitas produksi mencapai 25.000 ton per tahun. Produk akhir dari pabrik ini, yaitu recycled PET (rPET), telah memenuhi standar keamanan pangan dan mendapatkan sertifikasi halal.
Dengan kemitraan ini, AQUA berhasil meningkatkan penggunaan plastik PET daur ulang hingga tiga kali lipat dibandingkan pemakaian sebelumnya. Seluruh kemasan botol plastik AQUA kini mengandung 25% material daur ulang, bahkan pada tahun 2019, AQUA meluncurkan AQUA Life, botol air minum pertama di Indonesia yang sepenuhnya dibuat dari plastik PET daur ulang.
Apresiasi atas Komitmen AQUA terhadap Ekonomi Sirkular
Dengan berbagai langkah konkret yang diambil untuk mengurangi limbah plastik, AQUA telah menerima banyak penghargaan dari pemerintah. Salah satunya adalah penghargaan Anugerah Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (Proper) kategori Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk pabrik AQUA Mambal, NTB, pada tahun 2023.
Tak hanya itu, 12 pabrik AQUA lainnya seperti Mekarsari, Klaten, Subang, dan Tanggamus juga mendapatkan Proper Hijau. Pada tahun sebelumnya, lima pabriknya, termasuk Klaten dan Subang, sempat menjadi kandidat Proper Emas sebelum akhirnya AQUA Mambal berhasil meraihnya untuk keenam kalinya.
Dengan berbagai inisiatif dan inovasi yang telah dilakukan, AQUA tidak hanya menjadi pemimpin dalam industri air minum, tetapi juga pionir dalam penerapan ekonomi sirkular di Indonesia. Melalui langkah-langkah konkret ini, diharapkan semakin banyak perusahaan yang mengikuti jejaknya untuk menciptakan lingkungan yang lebih lestari dan berkelanjutan.