BI Konsisten Jaga Stabilitas Harga: Sinergi untuk Kendalikan Inflasi

Yono

Bank Indonesia (BI) terus berkomitmen dalam menjaga kestabilan harga dan memperkuat kolaborasi dengan pemerintah dalam upaya mengendalikan inflasi, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Sinergi tersebut diwujudkan melalui koordinasi dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID), yang kemudian diimplementasikan dalam Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai wilayah.

“Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2025,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso di Jakarta, Senin.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Senin, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Februari 2025 mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. IHK Februari 2025 mencatat deflasi sebesar 0,48 persen secara bulanan (month to month/mtm).

Secara tahunan, IHK mengalami penurunan sebesar 0,09 persen (year on year/yoy), lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang menunjukkan inflasi sebesar 0,76 persen (yoy).

Faktor utama yang menyebabkan deflasi adalah penurunan harga pada kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices), terutama dipengaruhi oleh turunnya tarif listrik. Selain itu, kelompok pangan bergejolak (volatile food) juga mengalami deflasi akibat penurunan harga daging ayam ras, bawang merah, dan berbagai jenis cabai.

Di sisi lain, inflasi inti tetap terkendali pada level yang rendah. Pada Februari 2025, inflasi inti tercatat sebesar 0,25 persen (mtm), sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 0,30 persen (mtm).

Pergerakan inflasi inti ini dipengaruhi oleh kenaikan harga beberapa komoditas global, meskipun ekspektasi inflasi secara keseluruhan tetap stabil.

Kontribusi utama terhadap inflasi inti pada Februari 2025 berasal dari kenaikan harga emas perhiasan, kopi bubuk, dan mobil.

Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 2,48 persen (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya yang berada pada level 2,36 persen (yoy).

Sementara itu, kelompok pangan bergejolak menunjukkan tren deflasi. Pada Februari 2025, kelompok ini mengalami deflasi sebesar 0,93 persen (mtm), berbanding terbalik dengan bulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 2,95 persen (mtm).

Deflasi kelompok pangan bergejolak terutama dipengaruhi oleh turunnya harga daging ayam ras, aneka cabai, dan bawang merah. Hal ini sejalan dengan berkurangnya biaya produksi pakan ternak serta meningkatnya hasil panen komoditas hortikultura.

Secara tahunan, kelompok pangan bergejolak mencatat inflasi sebesar 0,56 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 3,07 persen (yoy).

“Ke depan, inflasi volatile food diprakirakan tetap terkendali didukung oleh eratnya sinergi antara Bank Indonesia bersama TPIP dan TPID melalui GNPIP di berbagai daerah,” kata Ramdan.

Pada saat yang sama, kelompok harga yang diatur pemerintah juga mengalami deflasi. Pada Februari 2025, kelompok ini mencatat deflasi sebesar 2,65 persen (mtm), lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat deflasi sebesar 7,38 persen (mtm).

Deflasi dalam kelompok administered prices terutama disebabkan oleh penurunan tarif listrik, yang merupakan dampak dari kebijakan diskon 50 persen bagi pelanggan rumah tangga dengan daya listrik hingga 2.200 VA.

Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami deflasi sebesar 9,02 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat deflasi sebesar 6,41 persen (yoy).

Dengan berbagai langkah strategis dan koordinasi yang erat antara BI, pemerintah pusat, dan daerah, inflasi di Indonesia diproyeksikan tetap berada dalam kisaran yang terkendali, mendukung stabilitas ekonomi nasional.

Also Read

Tags

Leave a Comment