Elon Musk Jual X ke Perusahaan Miliknya, Apa Alasan di Baliknya?

Sahrul

Elon Musk, pengusaha visioner yang dikenal dengan proyek-proyek revolusionernya, baru-baru ini mengumumkan bahwa perusahaan rintisan kecerdasan buatannya, xAI, kini telah resmi bergabung dengan platform media sosial miliknya, X. Dalam sebuah transaksi saham yang mencerminkan valuasi xAI sebesar USD 80 miliar dan X sebesar USD 33 miliar, Musk menjelaskan bahwa penggabungan kedua entitas ini akan mengarah pada penciptaan ekosistem yang saling melengkapi.

“Masa depan xAI dan X saling terkait. Hari ini, kami resmi mengambil langkah untuk menggabungkan data, model, komputasi, distribusi, dan bakat,” ujar Musk di X, sebagaimana dikutip dari CNBC. Pernyataan ini menggambarkan sinergi yang diharapkan antara teknologi kecerdasan buatan (AI) dari xAI dengan cakupan global yang dimiliki oleh X, yang dapat mempercepat pengembangan produk dan layanan baru.

Musk menambahkan bahwa penggabungan ini membuka potensi besar dengan memadukan kemampuan AI canggih xAI dengan jangkauan luar biasa dari X. “Harga pembeliannya adalah USD 45 miliar dikurangi utang USD 12 miliar,” ungkapnya. Meskipun Musk memiliki kendali penuh atas kedua perusahaan tersebut, transaksi ini kemungkinan besar melibatkan pertukaran saham di mana investor X akan menerima saham xAI sebagai bentuk pembayaran.

Kedua perusahaan ini telah menarik perhatian dari sejumlah investor ternama, seperti Andreessen Horowitz, Sequoia Capital, serta Fidelity Management dan Vy Capital. Bahkan, Kingdom Holding Co. yang berbasis di Arab Saudi turut berpartisipasi dalam pengembangan kedua entitas tersebut. Musk, yang juga menjabat sebagai CEO Tesla dan SpaceX, sebelumnya mengakuisisi Twitter pada akhir 2022 dengan nilai transaksi USD 44 miliar, yang segera diubah namanya menjadi X.

xAI sendiri didirikan dengan tujuan untuk mengeksplorasi dan memahami lebih dalam mengenai alam semesta dan kecerdasan buatan. Meskipun relatif muda, startup ini sudah mulai bersaing dengan OpenAI, sebuah perusahaan yang turut didirikan oleh Musk pada 2015 dan berhasil melesat berkat popularitas ChatGPT. Musk, yang meninggalkan OpenAI dan terlibat dalam konflik publik dengan CEO OpenAI, Sam Altman, kini memperkenalkan Grok, chatbot milik xAI yang mulai memperoleh perhatian luas.

Pada Juni lalu, xAI mengumumkan proyek ambisiusnya untuk membangun superkomputer di Memphis, Tennessee, yang akan digunakan untuk melatih Grok. Investor menilai xAI pada putaran pendanaan tahun lalu sekitar USD 50 miliar, sebuah angka yang mencerminkan optimisme pasar terhadap masa depan perusahaan ini.

Tak hanya mengelola Tesla, SpaceX, xAI, dan X, Musk juga aktif terlibat dalam dunia politik. Tahun ini, ia menghabiskan banyak waktu di Washington D.C. sebagai tokoh penting di pemerintahan Presiden Donald Trump. Setelah menyumbangkan hampir USD 300 juta untuk kampanye Pilpres 2024, Musk ditunjuk untuk memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), sebuah lembaga yang bertugas untuk melakukan efisiensi besar-besaran dalam struktur pemerintahan federal, termasuk pengurangan jumlah pegawai dan pemangkasan anggaran serta regulasi yang ada.

Langkah penggabungan xAI dan X bukanlah pertama kalinya Musk melakukan akuisisi dan konsolidasi dalam perusahaannya. Pada 2016, Tesla membeli SolarCity, sebuah perusahaan penyedia panel surya yang didirikan oleh sepupu-sepupunya, Lyndon dan Peter Rive, dengan nilai transaksi USD 2,6 miliar. SolarCity, yang juga didanai oleh Musk, kini menjadi bagian dari portofolio energi bersih Tesla.

Dengan berbagai langkah strategis yang diambil Musk, dari dunia teknologi hingga politik, tidak dapat disangkal bahwa ia terus membentuk masa depan yang terhubung antara inovasi, industri, dan kebijakan global.

Also Read

Tags

Leave a Comment