Di tengah tren peningkatan harga emas sejak awal tahun 2025, saham perusahaan-perusahaan produsen emas turut mengalami kenaikan. Namun, kenaikan harga saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), perusahaan tambang emas milik negara, terlihat lebih lambat dibandingkan dengan emiten-emiten lain yang bergerak di sektor serupa.
Berdasarkan data dari Stockbit, hingga Jumat (21/2), secara year to date (YtD), harga saham ANTM hanya mengalami kenaikan sebesar 6,23% ke level Rp 1.620 per saham. Angka ini lebih rendah dibandingkan beberapa pesaingnya di industri tambang emas.
Perbandingan dengan Emiten Sejenis
Posisi ANTM dalam hal kenaikan saham berada di bawah beberapa emiten emas lainnya:
- PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) mengalami kenaikan sebesar 8,06% YtD menjadi Rp 268 per saham.
- PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mencatatkan peningkatan 13% ke Rp 1.825 per saham.
- PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) terkerek 20,23% menjadi Rp 416 per saham.
- PT J Resources Asia Pacifik Tbk (PSAB) mencatatkan lonjakan tertinggi dengan kenaikan 23,93% menjadi Rp 290 per saham.
Kilau Emas Tak Selalu Berarti Cuan di Saham
Meski harga emas menunjukkan tren kenaikan yang signifikan, tidak semua saham produsen emas menikmati kenaikan yang sepadan. Kenaikan harga saham ANTM yang lebih rendah dibandingkan kompetitornya menunjukkan bahwa faktor lain, seperti kinerja operasional, prospek bisnis, serta sentimen pasar terhadap perusahaan, ikut memengaruhi pergerakan harga saham.
Fenomena ini menunjukkan bahwa meski emas bersinar sebagai aset safe haven, keuntungan yang dirasakan investor saham tidak selalu sejalan. Para pelaku pasar perlu mempertimbangkan berbagai aspek sebelum memutuskan untuk berinvestasi di saham produsen emas.
Artikel ini memberikan gambaran mengenai dinamika pasar saham produsen emas di Indonesia. Dengan memperhatikan pergerakan saham dan membandingkannya dengan tren harga emas, investor dapat lebih bijak dalam mengambil keputusan investasi.
