Harga emas terus menunjukkan tren kenaikan dalam beberapa pekan terakhir dan masih bertahan di level yang cukup tinggi. Fenomena ini membuka peluang besar bagi sektor bisnis gadai emas untuk berkembang pesat di tengah kondisi ekonomi yang dinamis.
Menanggapi situasi ini, PT Budi Gadai Indonesia, sebuah perusahaan pergadaian swasta yang berbasis di Sumatera Utara (Sumut), melihat adanya prospek cerah dalam bisnis gadai emas. Lonjakan harga logam mulia dinilai mampu meningkatkan nilai jaminan bagi para nasabah yang membutuhkan pinjaman berbasis agunan emas.
“Bisnis gadai berpotensi tumbuh karena nilai jaminan yang lebih tinggi,” ungkap Direktur PT Budi Gadai Indonesia, Budiarto Sembiring, dalam wawancara dengan Kontan, Jumat (7/2).
Meski demikian, Budiarto menegaskan bahwa lonjakan harga emas tidak serta-merta langsung berdampak pada peningkatan permintaan gadai. Berbagai faktor lain seperti kondisi ekonomi secara umum serta kebutuhan finansial masyarakat turut berperan dalam menentukan tren permintaan layanan gadai.
Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa PT Budi Gadai Indonesia telah menyediakan layanan gadai emas di seluruh kantor cabangnya. Saat ini, perusahaan tersebut telah memiliki 29 kantor cabang yang tersebar di berbagai wilayah, serta satu kantor pusat yang menjadi pusat operasional utama.
Sebagai tambahan informasi, berdasarkan data dari situs Logam Mulia, harga emas di Butik Emas Antam pada Jumat (7/2) tercatat di angka Rp 1.660.000 per gram, mengalami penurunan sebesar Rp 10.000 dari hari sebelumnya yang mencapai Rp 1.670.000. Sementara itu, harga pembelian kembali (buyback) emas Antam berada di angka Rp 1.511.000 per gram.
Jika dibandingkan dengan harga tujuh hari sebelumnya, yakni pada 31 Januari 2025, harga emas Antam tercatat mengalami kenaikan sebesar Rp 40.000 per gram dari posisi Rp 1.620.000. Kenaikan harga ini semakin mempertegas daya tarik emas sebagai instrumen investasi serta peluang besar bagi industri pergadaian untuk semakin berkembang di tengah dinamika pasar.
