Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan perdagangan Jumat sore mengalami kenaikan, mengikuti tren positif yang terjadi di pasar saham kawasan Asia.
IHSG mencatat kenaikan sebesar 14,96 poin atau sekitar 0,22 persen dan mengakhiri perdagangan di level 6.803,00. Sementara itu, indeks LQ45, yang terdiri dari 45 saham unggulan, turut menguat 5,11 poin atau sekitar 0,65 persen ke posisi 775,68.
“IHSG menguat, didukung oleh sentimen eksternal dan internal,” jelas Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Jumat.
Sentimen Global Dorong Penguatan IHSG
Dari faktor eksternal, bursa saham regional Asia menunjukkan performa yang solid. Pasar bereaksi positif terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan perdagangan baru antara Amerika Serikat (AS) dan China, serta kebijakan moneter yang stabil dari China.
Presiden AS, Donald Trump, mengindikasikan adanya potensi perjanjian dagang baru dengan China, yang dipandang sebagai sinyal positif bagi hubungan ekonomi kedua negara. Meski belum ada rincian yang konkret, harapan akan penurunan tensi perang dagang menjadi katalis positif bagi pasar.
Selain itu, pernyataan optimis dari Presiden Trump turut memperkuat ekspektasi terhadap kestabilan hubungan perdagangan AS-China ke depannya.
Dari sisi kebijakan moneter, Bank Sentral China (People’s Bank of China/PBOC) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pinjaman utama selama empat bulan berturut-turut hingga Februari 2025.
Suku bunga pinjaman satu tahun tetap berada di level 3,1 persen, sementara suku bunga pinjaman lima tahun tidak berubah di angka 3,6 persen. Langkah ini diambil untuk menopang perekonomian China di tengah fluktuasi nilai tukar Yuan serta kebijakan perdagangan proteksionis AS yang bertujuan mendorong ekonomi domestik melalui pengenaan tarif impor.
Faktor Domestik Perkuat IHSG
Dari dalam negeri, dukungan datang dari laporan Bank Indonesia (BI) yang mencatat surplus pada neraca pembayaran Indonesia (NPI) sebesar 7,9 miliar dolar AS pada kuartal IV-2024, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus triwulan sebelumnya sebesar 5,9 miliar dolar AS.
Kondisi ini memperkuat daya tahan ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung.
Pada perdagangan Jumat, IHSG sempat dibuka di zona merah namun berhasil berbalik arah ke wilayah positif pada sesi pertama perdagangan. Momentum penguatan terus berlanjut hingga sesi kedua dan bertahan di zona hijau hingga penutupan.
Kinerja Sektor dan Saham Penggerak IHSG
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, empat sektor berhasil menguat, dipimpin oleh sektor teknologi yang melonjak 6,69 persen. Kenaikan juga terjadi pada sektor transportasi yang meningkat 0,46 persen dan sektor properti yang naik 0,33 persen.
Sebaliknya, tujuh sektor mengalami pelemahan, dengan penurunan terdalam terjadi pada sektor barang konsumen primer yang turun 0,55 persen. Sektor barang konsumen sekunder dan sektor industri juga mengalami koreksi masing-masing sebesar 0,14 persen dan 0,11 persen.
Beberapa saham yang mencatatkan kenaikan tertinggi antara lain ELIT, MORA, POLU, CCSI, dan DWGL. Sedangkan saham yang mengalami penurunan terbesar di antaranya adalah BTEK, MDRN, KOTA, EGGE, dan SKBM.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.039.000 kali transaksi dengan volume perdagangan mencapai 12,73 miliar lembar saham senilai Rp8,12 triliun. Secara keseluruhan, terdapat 253 saham yang naik, 313 saham yang melemah, dan 389 saham stagnan.
Bursa Saham Asia Ikut Menguat
Di kawasan Asia, bursa saham regional juga mencatat penguatan. Indeks Nikkei naik 24,82 poin atau 0,06 persen ke level 39.174,25. Indeks Shanghai bertambah 9,11 poin atau 0,27 persen ke posisi 3.355,83.
Sementara itu, indeks Kuala Lumpur menguat 8,84 poin atau 0,56 persen ke level 1.582,76 dan indeks Straits Times melonjak 15,22 poin atau 0,75 persen ke 3.877,53.
Penguatan IHSG sejalan dengan optimisme yang melanda pasar saham Asia, ditopang oleh harapan akan stabilitas ekonomi global serta perkembangan positif dalam hubungan perdagangan AS-China.