Harga emas batangan produksi Logam Mulia Antam kembali mencatat rekor tertinggi dalam sejarah. Pada perdagangan terbaru, logam mulia ini hampir menyentuh angka Rp 1,8 juta per gram, dengan harga tercatat sebesar Rp 1.792.000 per gram. Tren kenaikan ini memicu spekulasi bahwa harga emas masih berpotensi melambung lebih tinggi.
Pengamat Pasar Keuangan, Ariston Tjendra, menilai bahwa kemungkinan emas menembus harga Rp 2 juta per gram masih sangat terbuka. Hal ini terlihat dari lonjakan harga emas sejak awal tahun yang sudah meningkat sebesar Rp 268.000 per gram.
“Potensi (harga emas) ke Rp 2 juta masih terbuka,” kata Ariston.
Menurutnya, kenaikan ini tidak terlepas dari meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap ketidakpastian kondisi ekonomi global. Salah satu faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga emas adalah ancaman perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
“Sentimen negatif masih besar di market karena dipicu oleh potensi perang dagang akibat kebijakan tarif AS yang baru bisa berujung pada kenaikan harga-harga dan pelambatan ekonomi, meningkatnya ekskalasi di Timur Tengah dan perdamaian yang tidak kunjung terjadi antara Rusia dan Ukraina,” ujar Ariston.
Sejalan dengan pandangan tersebut, Analis Mata Uang dan Komoditas, Lukman Leong, juga meyakini bahwa harga emas berpeluang menembus angka Rp 2 juta per gram. Faktor utama yang mendorong tren ini adalah ketidakpastian ekonomi yang terus membayangi, serta kenaikan harga emas di pasar internasional.
“Bisa banget, harga emas internasional naik terus oleh kekhawatiran resesi terutama di AS oleh kebijakan tarif Trump. Juga keinginan Trump mengambil alih Kanal Panama dan menganeksasi Kanada serta Greenland yang belum surut,” ungkap Lukman.
Dengan kondisi ekonomi global yang masih diliputi ketidakpastian dan gejolak geopolitik yang terus meningkat, emas semakin menjadi instrumen investasi yang menarik bagi para investor. Jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin harga emas akan mencatat rekor baru dan semakin mengukuhkan posisinya sebagai aset lindung nilai utama di tengah ketidakstabilan ekonomi dunia.