Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari Rabu (5/2/2025) diperkirakan akan mengalami pergerakan positif namun terbatas, menyusul rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia (PDB) yang diharapkan membawa dampak bagi pasar.
Pada pembukaan perdagangan, IHSG tercatat melemah 18,46 poin atau sekitar 0,26 persen, berada di posisi 7.055,00. Sementara itu, Indeks LQ45 yang mencerminkan pergerakan 45 saham unggulan juga mengalami penurunan sebesar 3,90 poin atau 0,48 persen ke level 806,11.
Menurut Ratih Mustikoningsih, seorang ahli keuangan dari Ajaib Sekuritas, IHSG pada hari ini diprediksi akan bergerak menguat terbatas dalam rentang 7.000 hingga 7.120. “Meski terdapat beberapa faktor yang mendorong optimisme, pergerakan IHSG tetap akan terbatas,” ujar Ratih.
Salah satu faktor yang mendominasi perhatian pasar adalah pengumuman yang akan dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) terkait angka pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2024. Konsensus pasar memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh sekitar 5 persen, didorong oleh kinerja ekspor yang solid. Hal ini memberikan gambaran positif terhadap stabilitas ekonomi Indonesia meskipun tantangan global masih tetap ada.
Di sisi lain, sentimen pasar juga mendapat dorongan dari kebijakan pemerintah Amerika Serikat. Penundaan kenaikan tarif impor yang sebelumnya direncanakan oleh Presiden AS, Donald Trump, terhadap Meksiko dan Kanada turut memberikan angin segar bagi pelaku pasar global, termasuk di Indonesia.
Dari sisi domestik, Kementerian Investasi (BKPM) mencatatkan pencapaian investasi yang menggembirakan. Realisasi investasi Indonesia untuk tahun 2024 tercatat mencapai Rp1.714,2 triliun, yang tumbuh sebesar 20,8 persen year on year (yoy), melampaui target yang telah ditetapkan sebelumnya yakni Rp1.650 triliun. Di antara total investasi tersebut, Penanaman Modal Asing (PMA) berkontribusi sebesar 52,5 persen, sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menyumbang sisanya, yakni 47,5 persen.
Di luar negeri, sektor manufaktur Amerika Serikat menunjukkan angka yang lebih baik pada Januari 2025. Indeks PMI manufaktur AS tercatat berada di level ekspansif 51,2, mengindikasikan bahwa sektor ini mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan meskipun ekspor mengalami penurunan. Penurunan ekspor AS sejalan dengan penguatan Indeks Dollar AS (DXY) yang telah terjadi sejak September 2024, yang turut memberi dampak pada pasar global.
Namun, ketidakpastian ekonomi global juga tak lepas dari perhatian pasar. Salah satu dampaknya terlihat pada lonjakan harga emas yang menembus level tertinggi sepanjang masa (All Time High) di atas 2.800 dolar AS per ounce, akibat ketegangan terkait kebijakan tarif impor AS.
Secara keseluruhan, meskipun sejumlah faktor domestik dan eksternal memberikan dampak positif terhadap pergerakan pasar saham, IHSG diperkirakan masih akan bergerak terbatas dalam kisaran yang lebih sempit. Sementara itu, bursa saham internasional menunjukkan performa yang bervariasi. Wall Street di AS mengalami penguatan dengan indeks Dow Jones naik 134,13 poin (0,30 persen), S&P 500 menguat 43,31 poin (0,72 persen), dan Nasdaq Composite melompat 262,06 poin (1,35 persen) pada penutupan perdagangan Selasa (4/2).
Bursa saham regional Asia menunjukkan pergerakan yang mixed, dengan indeks Nikkei Jepang stagnan, Shanghai China melemah, dan beberapa pasar saham lainnya seperti Kuala Lumpur serta Straits Times justru mengalami kenaikan.
Dengan berbagai dinamika tersebut, pelaku pasar di Indonesia harus tetap berhati-hati dalam memandang prospek IHSG hari ini. Meskipun ada potensi kenaikan, sentimen yang ada saat ini menunjukkan bahwa pasar cenderung bergerak dalam ruang terbatas.