Jelang Ramadhan, Pemerintah Amankan Stok dengan Impor 200.000 Ton Gula

Sahrul

Pemerintah mengambil langkah strategis untuk memastikan stabilitas harga gula menjelang bulan Ramadan dan Lebaran dengan mengimpor 200.000 ton gula kristal mentah (GKM). Keputusan ini dilakukan meskipun sebelumnya pemerintah telah menetapkan neraca pangan yang tidak memasukkan impor beberapa komoditas.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menegaskan bahwa kebijakan ini akan mengubah keseimbangan neraca pangan yang sebelumnya telah ditetapkan dalam Peraturan Presiden (Perpres). Dalam rapat neraca komoditas pangan yang berlangsung di kantor Kementerian Koordinator Pangan pada 9 Desember 2024, pemerintah sempat memutuskan untuk tidak melakukan impor terhadap empat jenis bahan pangan utama, yaitu beras konsumsi, gula konsumsi, garam konsumsi, dan jagung untuk pakan ternak.

Namun, demi menjaga pasokan serta menghindari lonjakan harga yang tidak terkendali di pasaran, pemerintah akhirnya memutuskan untuk menambah cadangan gula dengan mendatangkan 200.000 ton GKM dari luar negeri.

“Iya (diubah), neraca komoditas akan ditambah 200.000 ton GKM (gula kristal mentah),” kata Arief saat ditemui di kantor Kemenko Pangan, Graha Mandiri, Jakarta Pusat, Kamis (13/2/2025).

Langkah ini diambil sebagai upaya stabilisasi harga, terutama menjelang periode peningkatan permintaan masyarakat saat bulan puasa dan perayaan Idulfitri. Menurut Arief, saat ini stok gula nasional berada di kisaran 200.000 ton, yang akan segera didistribusikan ke pasar guna menjaga harga tetap terkendali.

“Supaya harganya jelang puasa dan Lebaran baik. Jadi sebentar lagi gula dilepas semua,” ujarnya.

Meski ada tambahan pasokan dari impor, pemerintah memastikan bahwa harga gula di tingkat petani tetap terjaga dan tidak mengalami penurunan drastis. Arief menegaskan bahwa panen tebu yang diperkirakan berlangsung pada April, Mei, dan Juni 2025 harus tetap menguntungkan bagi petani.

“Nah, yang harus dijamin adalah harga di tingkat petani, karena petani akan mulai panen di April, Mei, Juni (2025). Kemudian raw sugar itu akan murah biayanya pada saat gilingnya bersamaan dengan panen. Itu pertimbangannya,” kata Arief.

“Sekitar 200.000 ton raw sugar, datangnya tahun ini secara bertahap. Tapi jaminannya, jangan sampai petani harganya jatuh,” tambahnya.

Dengan kebijakan ini, pemerintah berharap dapat menjaga keseimbangan antara kebutuhan pasar, ketersediaan stok, serta kesejahteraan petani tebu dalam negeri.

Also Read

Tags

Leave a Comment