Kontroversi Israel Tunda Pembebasan Tahanan Palestina

Yono

Pembebasan 620 tahanan Palestina yang awalnya dijadwalkan berlangsung segera setelah Hamas melepaskan enam sandera Israel pada Sabtu (22/2), tertunda selama beberapa jam. Penundaan ini terjadi karena Israel menunggu kepastian pembebasan sandera berikutnya dan untuk menghindari “upacara yang memalukan” dalam proses penyerahan tawanan di Gaza, menurut pernyataan dari kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Minggu (23/2) dini hari.

Penundaan ini terlihat saat kendaraan yang diduga membawa para tahanan keluar dari gerbang penjara Ofer yang sempat terbuka, namun kemudian berbalik masuk kembali ke dalam penjara. Insiden ini memicu ketidakpastian mengenai kelanjutan gencatan senjata di Gaza.

Dampak Penundaan terhadap Gencatan Senjata
Pembebasan ratusan tahanan ini seharusnya menjadi yang terbesar dalam satu hari selama fase pertama gencatan senjata di Gaza. Namun, pengumuman mendadak Israel menambah ketidakjelasan mengenai masa depan kesepakatan gencatan senjata tersebut.

Komisi Otoritas Palestina untuk urusan tahanan menyatakan bahwa pembebasan ditunda “hingga pemberitahuan lebih lanjut.” Sementara itu, rekaman video dari Tepi Barat menunjukkan keluarga para tahanan yang menunggu dalam cuaca dingin sebelum akhirnya membubarkan diri. Salah satu perempuan terlihat pergi sambil menangis, mencerminkan kekecewaan mendalam atas penundaan ini.

Situasi Sandera di Tengah Gencatan Senjata
Enam sandera yang dibebaskan oleh Hamas pada Sabtu (22/2) diyakini sebagai sandera hidup terakhir yang akan dilepaskan dalam fase pertama gencatan senjata, yang masih memiliki sisa waktu satu minggu. Di sisi lain, pembicaraan mengenai fase kedua gencatan senjata belum dimulai.

Para sandera yang dibebaskan termasuk tiga pria Israel yang diculik dari festival musik Nova dan satu orang lainnya yang ditangkap saat mengunjungi keluarga di Israel selatan selama serangan pada 7 Oktober 2023. Dua lainnya telah ditahan selama satu dekade setelah memasuki Gaza secara sukarela.

Tuduhan Pelanggaran dan Ketegangan Diplomatik
Hingga saat ini, pemerintah Israel belum memberikan komentar terkait alasan penundaan pembebasan tahanan. Namun, Hamas menuduh Israel melanggar kesepakatan gencatan senjata. Juru bicara Hamas, Abdel Latif Al-Qanou, menuding Netanyahu “sengaja mengulur-ulur waktu.”

Penundaan ini terjadi setelah insiden pada Kamis lalu, ketika Hamas menyerahkan jenazah Shiri Bibas secara keliru. Jenazah tersebut ternyata milik seorang perempuan Palestina yang tidak disebutkan namanya. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut insiden ini sebagai “pelanggaran yang kejam dan jahat,” sementara Hamas mengklaim bahwa hal itu merupakan kesalahan.

Ketidakpastian Fase Kedua Gencatan Senjata
Meskipun gencatan senjata telah menghentikan pertempuran sengit antara Israel dan Hamas, kekhawatiran mengenai kelanjutan perang masih tinggi. Hamas menyatakan akan membebaskan empat jenazah pada minggu depan sebagai bagian dari fase pertama gencatan senjata, namun setelah itu, mereka tetap akan menyandera lebih dari 60 orang, sekitar setengahnya diyakini masih hidup.

Hamas menegaskan bahwa mereka tidak akan membebaskan sandera yang tersisa tanpa adanya gencatan senjata permanen dan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza. Sementara itu, Netanyahu dengan dukungan Amerika Serikat berkomitmen untuk menghancurkan kekuatan militer dan pemerintahan Hamas serta memulangkan semua sandera, meski dua tujuan tersebut secara luas dianggap bertentangan.

Dampak Kemanusiaan dari Konflik
Konflik ini telah menelan banyak korban jiwa. Lebih dari 48.000 warga Palestina dilaporkan tewas, sebagian besar di antaranya perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas. Israel mengklaim bahwa lebih dari 17.000 anggota Hamas tewas dalam serangan militer mereka, meski tidak memberikan bukti.

Pertempuran ini juga menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza, meratakan seluruh lingkungan menjadi puing-puing dan menyebabkan 90 persen dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi pada puncak konflik.

Serangan pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang ini menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, sementara ratusan tentara Israel juga gugur dalam pertempuran tersebut.

Ketidakpastian mengenai pembebasan tahanan Palestina dan kelanjutan gencatan senjata masih berlanjut, sementara situasi kemanusiaan di Gaza tetap memprihatinkan di tengah ketegangan yang belum mereda.

Also Read

Tags

Leave a Comment