Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menegaskan komitmen pemerintah dalam memperkuat sektor UMKM yang merupakan pilar utama dalam perekonomian nasional. Ia menyoroti bahwa selama ini UMKM sering dianggap sebagai permasalahan sosial, padahal perannya sangat krusial dalam menjaga stabilitas ekonomi, terutama saat pandemi COVID-19 melanda dunia.
“Empat tahun yang lalu mereka, UMKM adalah pahlawan negara. Pada saat Indonesia diluluhlantahkan dengan Covid-19, mereka-mereka yang menjaga ekonomi dan sebagai backbone ekonomi,” ujar Maman dalam keterangannya, Kamis (20/3/2025).
Dalam gelaran The Big Idea Forum yang diinisiasi oleh Sampoerna dan CNN Indonesia pada Senin (17/3), Maman menekankan pentingnya perubahan pola pikir serta pemanfaatan teknologi digital dalam mendorong pertumbuhan UMKM yang berkelanjutan. Di hadapan 1.000 UMKM binaan Sampoerna, ia menjelaskan bahwa salah satu tantangan utama adalah mengubah sudut pandang masyarakat terhadap UMKM.
Sejalan dengan itu, Maman menegaskan bahwa metode tradisional dalam mendampingi UMKM sudah tidak lagi relevan dengan dinamika zaman. Menurutnya, daripada mendatangi satu per satu pelaku usaha, lebih baik menciptakan daya tarik agar UMKM secara sukarela bergabung dalam ekosistem yang lebih tertata.
“Kita ubah pola pikirnya. Tidak mungkin lagi kita datangi satu per satu, sekarang kita ciptakan ‘gula’ yang menarik UMKM agar mereka datang sendiri dan berkumpul dalam satu ekosistem yang lebih baik,” jelas Maman.
Ia juga memberikan apresiasi kepada Sampoerna yang dinilai telah berhasil menciptakan daya tarik tersebut. Upaya yang dilakukan perusahaan ini bukan hanya sebatas pelatihan, tetapi juga membuka akses pasar bagi pelaku usaha mikro dan kecil. Sinergi antara pemerintah dan sektor swasta, menurutnya, menjadi kunci utama dalam mempercepat pertumbuhan UMKM di Indonesia.
“Program yang dibuat Sampoerna ini adalah bagian menciptakan gula agar semut itu datang dan bagian pemerintah adalah bagaimana mempertajam dan mempermanis gula-gula itu,” ujarnya.
Sebagai langkah konkret, Kementerian UMKM saat ini tengah mengembangkan aplikasi Sapa UMKM, sebuah super apps yang dirancang untuk mengintegrasikan data UMKM secara nasional. Hingga kini, belum ada basis data terpadu yang menghubungkan pelaku UMKM dengan sektor swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Padahal, data yang terintegrasi dapat menjadi landasan untuk memahami kebutuhan serta tantangan yang dihadapi oleh para pelaku usaha kecil.
“Saya ibaratkan seperti dokter. Bagaimana saya bisa membantu pasien jika tidak tahu riwayat penyakitnya? Begitu pula dengan UMKM, tanpa data yang jelas, sulit untuk memberikan solusi yang tepat,” ungkap Maman.
Selain aspek digitalisasi dan integrasi data, akses pasar menjadi prioritas utama. Maman menegaskan bahwa kemitraan strategis seperti yang dijalankan Sampoerna merupakan bukti konkret bagaimana UMKM dapat berkembang jika mendapat dukungan yang komprehensif, mulai dari pelatihan hingga akses pasar yang lebih luas.
“Setelah kita integrasikan itu semua kembali lagi yang terpenting adalah market. Tadi Sampoerna membuat segala macam sekaligus memberikan solusi marketnya,” ujarnya.
Dengan serangkaian langkah tersebut, Maman optimistis target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8% dapat tercapai melalui kolaborasi erat antara pemerintah, sektor swasta, dan pelaku UMKM.
The Big Idea Forum menjadi ajang penting bagi UMKM binaan Sampoerna untuk mendapatkan wawasan baru dan semakin memperkuat peran mereka dalam perekonomian nasional. Sebagai informasi, sejak didirikan pada tahun 1913, Sampoerna telah membina lebih dari 320 ribu UMKM di seluruh Indonesia.
Presiden Direktur HM Sampoerna, Ivan Cahyadi, menjelaskan bahwa pendampingan terhadap UMKM dilakukan melalui dua program utama, yakni Sampoerna Retail Community (SRC) dan Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC). Berdasarkan riset yang dilakukan Kompas Gramedia, UMKM yang menjadi mitra SRC berhasil mencatatkan pendapatan hingga Rp 236 triliun per tahun, yang setara dengan 11,4% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) sektor ritel nasional pada tahun 2022.
Sementara itu, melalui SETC, Sampoerna telah memberikan pelatihan kepada 72 ribu wirausaha dari berbagai daerah di Indonesia. Program ini didukung oleh fasilitas pelatihan yang mencakup lahan seluas 27 ribu hektar di Pasuruan, Jawa Timur.
Ke depan, Sampoerna berkomitmen untuk terus membantu UMKM naik kelas. Sebab, sebelum menjadi salah satu perusahaan besar di Indonesia, perusahaan yang kini memiliki kode saham HMSP ini juga berawal dari usaha kecil yang kemudian berkembang pesat hingga mampu menyerap lebih dari 90 ribu tenaga kerja di seluruh negeri.