Pemerintah telah memberikan mandat kepada BUMN Pangan ID Food untuk mendatangkan 200 ribu ton gula kristal mentah (raw sugar) dari luar negeri. Direktur Utama Holding BUMN Pangan ID Food, Sis Apik Wijayanto, mengungkapkan bahwa pihaknya masih dalam tahap pencarian negara pemasok yang tepat untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
“Kita saat ini melakukan juga negosiasi dari beberapa sumber, mana-mana yang kira-kira available dan harganya juga tidak mahal,” kata Sis Apik dalam konferensi pers di Kementerian BUMN, Kamis (27/2/2025).
Meski sedang mempersiapkan impor, pasokan gula dalam negeri dinyatakan masih cukup untuk menghadapi bulan Ramadan. Importasi 200 ribu ton ini dipastikan hanya untuk memperkuat cadangan pangan pemerintah (CPP), bukan untuk langsung diedarkan ke pasar.
“Jadi kan pada saat Mei, Juni, ini Mei itu sudah mulai giling sebetulnya. Nah ini yang ingin kita jaga. Nah kita memang sudah mendapatkan penugasan untuk impor gula ini sesuai yang saya sebutkan tadi,” terangnya.
Di sisi lain, Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Mohammad Abdul Ghani, menjelaskan bahwa stok gula kristal putih nasional saat ini telah mencapai 1 juta ton. Dengan konsumsi gula nasional sekitar 230 ribu ton per bulan, stok tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga empat bulan ke depan.
“Yang mana ada 4 bulan kita punya stok. Sementara 3 bulan lagi kita sudah giling. Jadi giling itu mungkin dengan produksi 150 ribu sampai 200 ribu (ton). Artinya mendekati kebutuhan sebulan,” ucapnya.
Namun, mengapa Indonesia tetap perlu mengimpor gula? Ghani menjelaskan bahwa meskipun ketersediaan stok gula dalam negeri masih terjaga dalam jangka pendek, pemerintah tetap perlu menyiapkan cadangan sebagai langkah antisipasi.
“Tapi pemerintah perlu menyiapkan kalau terjadi apa-apa. Paling nggak untuk meyakinkan market, supaya tidak panik. Jadi gula yang diimpor itu tidak didistribusikan ke pasar, jadi didistribusikan untuk cadangan pangan pemerintah, untuk jaga-jaga,” jelasnya.