Saham SK Telecom Merosot Setelah Terjadi Kebocoran Data Besar-Besaran

Sahrul

Saham SK Telecom, operator seluler terbesar di Korea Selatan, mengalami penurunan tajam hingga 8,5% pada Senin (28/4), mencapai level terendah sejak Agustus tahun lalu. Penurunan ini terjadi setelah perusahaan mengungkapkan bahwa mereka telah mengalami kebocoran data pelanggan yang disebabkan oleh serangan siber, yang terjadi pada awal bulan ini.

Dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh Reuters, SK Telecom mengonfirmasi bahwa mereka akan bertanggung jawab sepenuhnya atas kerugian yang diakibatkan oleh insiden kebocoran data yang terdeteksi pada 18 April. Perusahaan tersebut menggambarkan kejadian ini sebagai kebocoran data berskala besar akibat infeksi malware, namun belum memberikan penjelasan rinci mengenai detail serangan yang terjadi.

Akibat dari kebocoran tersebut, perusahaan ini segera meluncurkan langkah darurat untuk mengurangi dampak yang dirasakan oleh pelanggan. Sejak Senin (28/4), SK Telecom menawarkan penggantian Universal Subscriber Identity Module (USIM) atau kartu SIM secara gratis kepada 23 juta pelanggannya di lebih dari 2.600 gerai yang tersebar di seluruh Korea Selatan. Langkah ini bertujuan untuk memberikan jaminan keamanan kepada pengguna, sambil memberikan alternatif pengganti kartu SIM yang lebih aman.

Selain itu, perusahaan juga meluncurkan Layanan Perlindungan USIM, yang diklaim memberikan perlindungan setara dengan mengganti kartu SIM. Sejak peluncuran layanan ini, sekitar 5,54 juta pelanggan telah mendaftar untuk mencegah potensi risiko lebih lanjut, yang mencakup hampir seperempat dari total pelanggan mereka.

Namun, dampak dari insiden ini sangat terasa pada performa saham perusahaan. Saham SK Telecom ditutup turun 6,7% pada Senin, mencatatkan penurunan terbesar dalam satu hari sejak Maret 2020, yang menambah kecemasan investor. Hal ini juga terjadi di tengah penurunan lebih luas pada Indeks Harga Saham Gabungan Korea (KOSPI), yang mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap kerugian jangka panjang akibat pelanggaran data tersebut.

Sementara itu, meskipun perusahaan mengambil langkah-langkah preventif untuk meredakan kekhawatiran pelanggan, dampak dari kebocoran data ini tetap mengganggu citra dan kepercayaan publik terhadap keamanan layanan yang mereka tawarkan. Ini juga menjadi pengingat bagi perusahaan-perusahaan teknologi lainnya tentang pentingnya mengantisipasi ancaman siber yang semakin meningkat di era digital ini.

Also Read

Tags

Leave a Comment