Sri Mulyani Optimistis! Ekonomi Indonesia Melesat di Kuartal 1 2025, Ini Faktornya

Sahrul

Menteri Keuangan Sri Mulyani tetap percaya diri bahwa perekonomian Indonesia akan menunjukkan pertumbuhan yang solid pada kuartal pertama tahun 2025. Ia mengungkapkan tiga faktor utama yang menopang optimisme tersebut.

“Kami menganggap tiga komponen yang sangat penting, yaitu konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor. Itu tiga-tiganya cukup vibrant, cukup bagus,” ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers di Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kemenkeu, Jakarta Selatan, Selasa (18/3).

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa dengan tiga faktor tersebut, pertumbuhan ekonomi di awal tahun bisa tetap stabil. “Kita berharap dengan itu, growth (pertumbuhan ekonomi) di kuartal I akan tetap terjaga. Dan ini tentu akan kita jaga terus sampai akhir tahun (2025),” tegasnya.

Salah satu pendorong pertumbuhan yang ia soroti adalah konsumsi rumah tangga yang masih dalam kondisi stabil. Wanita yang akrab disapa Ani ini menjelaskan bahwa deflasi yang terjadi merupakan hasil dari kebijakan pemerintah dalam menurunkan harga-harga barang dan jasa yang berkaitan langsung dengan masyarakat.

Sebagai contoh, pemerintah memberikan diskon tarif listrik sebesar 50 persen selama dua bulan pertama tahun 2025. Selain itu, terdapat kebijakan penurunan harga tiket pesawat menjelang Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah.

“Ini diharapkan menjaga konsumsi rumah tangga karena daya belinya terjaga dengan harga yang relatif stabil,” jelasnya.

Selain itu, Sri Mulyani juga menyoroti indikator purchasing managers index (PMI), yang pada Februari 2025 mencapai angka 53,6, menandakan ekspansi setelah sebelumnya mengalami fase kontraktif.

PMI yang berada di atas level 50 mengindikasikan aktivitas ekonomi yang sehat. Dengan angka tersebut, ia semakin optimistis terhadap prospek ekonomi ke depan.

Di sisi lain, kinerja ekspor Indonesia juga masih menunjukkan tren positif. Ia merujuk pada data neraca perdagangan yang mengalami surplus selama 58 bulan berturut-turut sejak Mei 2020, menandakan daya saing ekspor Indonesia tetap kuat di pasar global.

“Untuk investasi, dengan PMI yang naik, ekspansif, kita berharap ini juga akan positif. Credit growth masih cukup bagus dan kita berharap dalam hal ini kegiatan, terutama sektor manufaktur, ekspansi di bidang pangan, itu menciptakan investasi-investasi baru,” pungkasnya.

Also Read

Tags

Leave a Comment