Utang Warga AS Membengkak! Hampir Sentuh Rp 300 Ribu Triliun

Sahrul

Beban finansial warga Amerika Serikat (AS) terus melonjak, mencatatkan rekor tertinggi dalam sejarah modern. Hingga kuartal IV 2024, total utang rumah tangga di Negeri Paman Sam mencapai US$ 18,04 triliun atau sekitar Rp 293.456 triliun (kurs Rp 16.267 per dolar AS). Angka ini menandai tingkat utang tertinggi yang pernah dialami masyarakat AS sejak krisis finansial global 2007-2009, yang dikenal sebagai ‘The Great Recession’.

Mengutip laporan CNN, Jumat (14/2/2025), Bank Sentral Federal New York mencatat kenaikan utang warga AS sebesar 0,5% dibandingkan kuartal sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan oleh lonjakan kredit di berbagai sektor, termasuk kredit perumahan, cicilan kendaraan, dan pinjaman pendidikan.

Pinjaman Mobil dan Kartu Kredit Jadi Beban Berat

Dalam laporan yang sama, Bank Sentral Federal New York juga menyoroti bagaimana banyak warga AS mengalami kesulitan dalam membayar utang mereka, terutama terkait cicilan mobil dan tagihan kartu kredit. Kondisi ini semakin mengkhawatirkan karena jumlah rumah tangga yang menunggak lebih dari 90 hari berada pada level tertinggi dalam 14 tahun terakhir.

“Banyak warga Amerika harus memiliki mobil untuk berangkat kerja, jadi itu sering kali menjadi salah satu prioritas tertinggi saat membayar tagihan. Jika mereka kesulitan melakukan pembayaran tersebut, itu bisa menjadi tanda bahwa mereka juga kesulitan melakukan pembayaran lain,” ujar kepala analis kredit di LendingTree, Matt Schulz.

Meskipun demikian, jumlah warga AS yang mengalami keterlambatan pembayaran lebih dari 90 hari masih berada di bawah 3,6%, atau lebih rendah dari angka sebelum pandemi COVID-19 melanda.

Lonjakan Penggunaan Kartu Kredit, Sinyal Pemulihan atau Alarm Bahaya?

Sepanjang kuartal IV 2024, penggunaan kartu kredit di AS juga mengalami peningkatan signifikan, menembus angka 23,8%—tingkat tertinggi sejak 2013. Fenomena ini dapat diinterpretasikan sebagai tanda pemulihan ekonomi, di mana masyarakat mulai lebih percaya diri dalam bertransaksi dan memanfaatkan kredit.

“Laporan ini terasa seperti bukti lebih lanjut bahwa orang Amerika pada umumnya baik-baik saja secara finansial,” ujar ekonom senior di Deutsche Bank, Brett Ryan.

Namun, Ryan juga mengingatkan bahwa kondisi ini bisa berubah drastis jika terjadi kejadian tak terduga seperti pemutusan hubungan kerja, darurat medis, atau krisis keuangan yang muncul secara tiba-tiba.

Dengan tingkat utang yang terus meningkat dan sebagian warga mulai kesulitan melunasi kewajiban finansialnya, ekonomi AS saat ini berada di persimpangan jalan. Apakah ini menjadi awal dari tren pemulihan atau justru lonceng peringatan bagi kestabilan keuangan negara adidaya tersebut?

Also Read

Tags

Leave a Comment