Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menetapkan target ambisius, yaitu pertumbuhan ekonomi sebesar 8% pada periode 2028-2029. Angka ini tergolong tinggi, mengingat dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stagnan di sekitar 5%.
Menanggapi hal tersebut, Guru Besar Universitas Trisakti, Willy Arafah, menilai bahwa pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan adalah tujuan utama negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Ia menyatakan optimisme bahwa target tersebut dapat dicapai, meskipun pertumbuhan ekonomi dalam lima tahun terakhir masih berkisar di angka 5%.
“Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dan sumber daya alam yang melimpah, Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi,” kata Willy Guru Besar Universitas Trisakti, Willy Arafah, dalam keterangannya, Rabu (5/2/2025).
Untuk mencapai angka pertumbuhan ekonomi sebesar 8%, Indonesia harus menghadapi berbagai tantangan sekaligus memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang terintegrasi dan menyeluruh menjadi kunci agar target tersebut dapat diwujudkan.
Secara umum, Indonesia menghadapi tantangan dalam mengendalikan inflasi dan menerapkan kebijakan moneter yang tepat. Namun, di sisi lain, terdapat berbagai faktor pendukung yang dapat menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi, seperti peningkatan investasi asing, inovasi teknologi, perbaikan kualitas sumber daya manusia, pasar domestik yang luas, serta percepatan pembangunan infrastruktur.
Hal ini juga sejalan dengan laporan dari Bank Dunia yang menunjukkan bahwa negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia, mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat berkat pemulihan sektor konsumsi dan ekspor.
Namun, terdapat kendala struktural yang perlu segera diatasi, seperti ketergantungan tinggi pada konsumsi rumah tangga serta tingkat investasi yang masih rendah. Oleh karena itu, reformasi ekonomi menjadi hal yang sangat krusial.
Willy menegaskan bahwa kebijakan yang mendorong ekspor, meningkatkan investasi, serta memperkuat daya beli kelas menengah menjadi faktor kunci dalam mencapai target yang telah ditetapkan pemerintah.
Dengan pendekatan kebijakan yang tepat, ia melihat peluang bagi Indonesia untuk mendekati target tersebut, meskipun dalam jangka pendek proyeksi pertumbuhan masih cenderung lebih moderat.
“Mewujudkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8% merupakan tantangan yang rumit, tetapi bukan hal yang mustahil,” tegas Willy.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya memanfaatkan setiap peluang yang ada serta mengatasi hambatan yang muncul guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Dalam hal ini, sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menjadi faktor krusial dalam menciptakan lingkungan ekonomi yang kondusif.
Selain itu, evaluasi kebijakan secara berkala, peningkatan transparansi serta akuntabilitas dalam pengelolaan sumber daya, serta keterlibatan aktif masyarakat dalam pembangunan ekonomi menjadi elemen penting untuk mencapai tujuan tersebut.
“Dengan pendekatan yang terencana dan kolaboratif, Indonesia dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi yang ambisius dan berkelanjutan,” pungkas Willy.






