Kisah Polo Srimulat, Tetap Cari Rezeki Meski Bawa Tabung Oksigen

suarasanggau

Jakarta – Kabar mengenai kepergian pelawak kondang Polo Srimulat, kian mewarnai media massa belakangan ini. Seperti diketahui, Polo dikabarkan mengalami sakit paru-paru hingga dirinya membutuhkan tabung oksigen untuk membantu pernapasan.

Bacaan Lainnya

Meski demikian, etos kerja pria bernama asli Christian Barata Nugroho ini memang benar patut diacungi jempol. Di usianya telah tembus kepala lima, beliau masih semangat menjalani syuting walaupun harus menyebabkan tabung oksigen.

Tessy yang digunakan merupakan teman seperjuangan Polo turut mengkonfirmasi hal ini. Komedian senior itu belum lama ini memang benar sempat bertemu dengan Polo beserta Kadir dan juga Nunung.

“Terakhir itu saya ketemu sejenis almarhum itu tanggal 11 kemarin. Kita syuting bareng sejenis mas Kadir lalu mbak Nunung. Pas syuting telah sakit parah lalu beliau paksakan. Saya bilang ke beliau kalau nggak usah syuting tapi beliau masih mau syuting sampai bawa tabung oksigen lho ia ke mana-mana,” ungkap Tessy pada waktu ditemui dalam rumah duka Polo, Bekasi, kemarin, seperti diambil detik (6/3/2024).

Walaupun telah dilarang untuk bekerja oleh rekan-rekannya, Polo malah tertawa-tawa serta menyatakan bahwa dirinya sudah ada sehat.

Tessy menyatakan bahwa kebiasaan merokok Polo itulah yang tersebut menyebabkan kesulitan di dalam paru-paru. Tessy sudah ada berkali-kali memohon Polo untuk berhenti merokok namun hal itu bukan pernah dilaksanakan oleh Polo.

Belajar dari tindakan hukum Polo, kita tentu diingatkan pula akan pentingnya menjaga kemampuan fisik pada masa muda agar kita bisa jadi leluasa mencari rezeki dalam masa tua serta tak lupa juga persoalan dana pensiun.

Namun bagaimana dengan proteksi berhadapan dengan penyakit kritis seperti Polo? Apakah bisa saja musibah ini dicover oleh asuransi penyakit kritis? Berikut penjelasannya.

Asuransi penyakit kritis untuk penyakit paru-paru

Asuransi penyakit kritis ini tidaklah sejenis dengan asuransi kesehatan, oleh sebab itu cara kerja asuransi ini adalah dengan memberikan santunan berbentuk uang tunai ketika seseorang terdiagnosa penyakit kritis tersebut.

Alhasil ketika seseorang terdiagnosa penyakit itu, ia bisa jadi stop bekerja dan juga fokus pada pemulihan. Karena ada uang pertanggungan yang tersebut mampu dimanfaatkan untuk membiayai hidup.

Namun hal penting yang mana harus diketahui adalah, persetujuan asuransi penyakit kritis tentu harus menyeberangi beberapa proses.

Dalam periode yang umumnya adalah 90 hari, calon pelanggan tentu tak boleh terdiagnosa penyakit mematikan itu. Oleh akibat itu, umumnya pihak asuransi akan bertanya seputar kapan terakhir kali orang yang mana bersangkutan menjalani rawat inap.

Ketika manusia calon pengguna adalah perokok aktif, maka besar kemungkinan premi yang dibayarkan akan lebih tinggi mahal ketimbang yang tak merokok.

Artikel Selanjutnya Ramit Sethi: Jangan Pernah Ikuti Nasehat Finansial dari Agen Asuransi!

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *