suarasanggau JAKARTA – Penerapan Bidang Kesehatan serta Keselamatan Kerja (K3) harusnya lebih besar mengutamakan upaya-upaya yang dimaksud bersifat promotif kemudian preventif.
Kenyataannya penerapan K3 dalam Indonesia lebih banyak bersifat reaktif serta kuratif. Hal ini mengindikasikan bahwa penerapan K3 lebih besar untuk memenuhi kewajiban dan juga belum menjadi permintaan atau budaya. Hal itu diungkap Dekan Fakultas Kedokteran, President University (Presuniv), Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K), M.Kes., pada seminar Budaya K3, Seimbang lalu Selamat di Bekerja, Terjaga Kelangsungan Usaha di area Tempat Kerja, Bergerak Bersama Komunitas Industri Jababeka.
Seminar diselenggarakan pada President University Convention Center, Jl. H. Usmar Ismail, kawasan lapangan usaha Jababeka, Cikarang, Bekasi pada Jumat, 26 Januari 2024. Acara ini juga untuk memperingati bulan K3 nasional bertema Budayakan K3, Optimal juga Selamat pada Bekerja, Terjaga Keberlangsungan Usaha.
Hadir pada seminar yang dimaksud Wakil Rektor Area Sumber Daya, Presuniv, Maria Jacinta Arquisola, MHRM, Ph.D., Dekan Fakultas Bidang kedokteran Prof. Dr. dr. Budi Setiabudiawan, Sp.A(K), M.Kes., Ketua Inisiatif Studi Kedokteran, Presuniv, dr. Ridwansyah, MD, Kepala Dinas Ketenagakerjaan, Kota Bekasi, Drs. Edi Rochyadi, M.Si. Hadir pula para praktisi Human Resource dari berbagai perusahaan pada kawasan lapangan usaha Jababeka kemudian sekitarnya, mitra-mitra usaha Presuniv serta tamu undangan lainnya.
Seminar ini menghadirkan empat narasumber. Mereka adalah Dr. dr. Sudi Astono, MS (MKK), Koordinator Pemeriksaan Norma K3 di dalam Ditjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan juga K3, Kementerian Tenaga Kerja RI, Nur Hidayah Setyowati, Kepala Area Hubungan Industrial juga Garansi Sosial, Dinas Tenaga, Kota Bekasi, dan juga dua dosen Fakultas Kedokteran, Presuniv, yakni Dr. dr. Reza Yuridian Purwoko, Sp.KK, RSA, FINSDV, lalu dr. Rima Melati, Sp.AK, Sp.OK, MKK.
Era Industry 5.0 Memicu Perubahan
Dalam sambutan pembukanya Maria Jacinta menekankan bahwa biaya yang dimaksud mesti ditanggung apabila terjadi kecelakaan kerja bisa saja sangat mahal. “Padahal, kecelakaan kerja mampu terjadi di tempat mana saja, kapan saja,” ungkap Maria Jacinta.
Maka, lanjut dia, seminar ini menjadi sangat penting. “Kita memerlukan lebih lanjut berbagai lagi kegiatan tentang K3, sebab masih berbagai persoalan hukum kecelakaan kerja. Selain itu juga masih banyak tindakan hukum yang dimaksud muncul sebagai Penyakit Akibat Kerja atau PAK,” ungkap Maria Jacinta.
Sementara, Prof. Budi menekankan bahwa selain sebagai aset perusahaan, para pekerja adalah penggerak perekonomian bangsa.
“Dan, yang juga tiada boleh dilupakan, para pekerja adalah tulang punggung keluarga,” tegas Prof. Budi. Dengan kondisi yang mana semacam itu, lanjut dia, kemampuan fisik serta keselamatan pekerja harus menjadi tujuan penting pada penerapan budaya K3 dalam Indonesia.
Prof. Budi juga menekankan pentingnya kita untuk mengantisipasi pembaharuan lingkungan kerja. “Kita sedang berada di masa transisi menuju era Industry 5.0. Era yang disebutkan akan memicu munculnya beberapa perubahan. Misalnya, munculnya budaya kerja baru, bentuk lalu pola kerja baru, inovasi jam kerja, lalu bahkan lahirnya profesi-profesi baru,” ujarnya.
“Kondisi yang dimaksud memerlukan penyesuaian, perubahan fundamental dan juga inovasi, pada semua sektor hidup dengan masih menjaga efektivitas lalu efisiensi pada menghindari terjadinya kecelakaan kerja kemudian PAK,” ujar Prof. Budi.